Senin, 28 November 2011

Secarik Surat dari Bulan tuk Bumi

Dear Bumi ..

Ya, aku memang tak cukup lama mengenalmu, mungkin baru dua atau tiga malam lalu.

Aku tak mengetahui apa pun tentang mu, kecuali tentang cerita-cerita penuh canda tawa dan aksioma-aksioma idealis tuk meraih mimpi yang sering kamu bagi padaku.


Ya, mungkin hanya sebatas itu yang ku tau darimu.

Sungguh, aku tak pernah tau apa rencana Tuhan menautkan ku padamu, dalam keseimbangan gravitasi dan sentripetal.

Disini lah aku dan kamu, berjalan dalam orbit yang telah diciptakanNya, berjalan dalam hangatnya sinar mentari.

Di orbit itu kamu lah penunjuk jalan bagiku, namun kamu tak pernah memaksaku berjalan di belakangmu, mengikutimu.

Kadang aku mendahuluimu, kadang aku disisimu, kadang aku begitu lelah dan hanya mengikuti kemana kamu akan melangkah.

Masih kuat ingatanku, di sepanjang jalan itu kamu bercerita, tertawa dan menari dengan begitu ceria, mataku terbinar dan bibirku tersenyum melihat tingkah lucumu.

Ketika aku lelah dan cahayaku mulai redup, ingatan tentangmu selalu mampu menjadi purnama biru di meridian pandangku hingga aku benderang kembali.

Kini aku merasakan sesuatu yang sulit ku jabarkan. Mungkin aku menyukaimu, senyummu, tuturmu, simpatimu, semua tentangmu.

Mungkin kamu tak menyadarinya, aku selalu memperhatikanmu, aku butuh tuk dekat denganmu.

Kamu telah berdomisili di meridian pandanganku, wajahku telah terkunci tidal oleh kerlingmu, aku mencoba selalu dekat denganmu, mengorbitmu.

Entahlah, mungkin kamu tak akan bersuka jika mengetahui ini semua, aku pun tak ingin kamu tau apa yang ku rasa.

Aku terlanjur nyaman dengan label sahabat yang kamu berikan padaku, aku yakin kamu pun begitu.

Aku hanya ingin sedikit membalas arti yang kamu beri padaku, tak lebih.

Namun di hari ini, aku merasa ada yang berbeda darimu dan kita.

Aku tak mengenalmu se-friendly hari kemarin, aku tak mendapati kita sehangat kemarin.

Mungkin aku salah, mungkin kamu telah berhasil membaca perasaan janggal yang ku miliki.

Dan ku rasa gaya gravitasimu sengaja kamu kalahkan dengan gaya sentripetalku, hingga ada jarak konstan bahkan makin besar diantara kita.

Jika esok kita makin jauh, jika lusa kita tak lagi menyapa, jika entah kapan kita telah tak lagi saling mengenal, aku meminta maaf jika semua salahku.

Sincerely Bulan ..


sumber :  http://www.kalenderastronomi.com

0 komentar:

Posting Komentar